Dalam
berbagai kesempatan, Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa
menyatakan, tahun 2011 adalah tahun bekerja. Namun, secara tersirat,
Hatta Rajasa ditampilkan oleh partainya sebagai sosok yang siap
menghadapi Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014.
Gaya berpidatonya, baik saat pengumuman pengurus Dewan Pimpinan Pusat PAN 2010-2015 pada 9 Februari 2010 maupun saat menyampaikan pidato awal tahun 2 Januari 2011, mirip gaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Lengkap dengan siaran langsung televisi dan alat bantu baca (teleprompter). Berikut petikan wawancara dengan Hatta Rajasa di kediamannya, beberapa waktu lalu:
Gaya berpidatonya, baik saat pengumuman pengurus Dewan Pimpinan Pusat PAN 2010-2015 pada 9 Februari 2010 maupun saat menyampaikan pidato awal tahun 2 Januari 2011, mirip gaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Lengkap dengan siaran langsung televisi dan alat bantu baca (teleprompter). Berikut petikan wawancara dengan Hatta Rajasa di kediamannya, beberapa waktu lalu:
Tahun
2011 boleh dikata tahun paling panas. Pasalnya, tahun 2010 banyak
guncangan politik yang belum selesai sehingga menjadi pekerjaan rumah.
Prediksi Anda? Kalau melihat pidato awal tahun saya sebagai Ketua
Umum PAN, saya justru mengajak semua parpol untuk menahan diri dan
lebih fokus pada kerja; kerja yang betul-betul bisa menyukseskan
pemerintahan ini. Pemerintahan ini, kan, pemerintahan pilihan rakyat.
Saya
memprediksi, memang, bahwa banyak hal pada 2010 yang akan dibawa ke
2011. Itulah mengapa saya katakan marilah segala sesuatu yang bisa
membuang energi kita, tidak produktif, kita selesaikan secara arif.
Tidak membuat satu polemik yang justru kontraproduktif.
Saya,
kok, melihat sebetulnya masih banyak ruang kita untuk sama-sama.
Kuncinya adalah komunikasi; komunikasi sesama pimpinan partai politik
kita intensifkan.
Apakah komunikasi antar- pimpinan parpol selama tahun 2010 memang buruk?
Dikatakan buruk, tidak. Namun, kalau dikatakan komunikasi itu intens,
juga tidak. Maksud saya, komunikasi itu jangan dibangun atas dasar ada
sesuatu yang katakanlah penting, menonjol, sehingga kita merasa
memerlukan, tetapi suatu silaturahim, terutama saya mengajak teman-teman
di koalisi, yang bisa membangun suatu kebersamaan.
Banyak
masalah pada 2010 yang tidak selesai. Kira-kira masalah apa saja yang
harus diselesaikan pada 2011 ini? Kita harus bersama-sama menyelesaikan
persoalan yang menyangkut kepentingan-kepentingan bangsa. Pertama,
menurut saya, hal-hal yang berkaitan dengan produk legislasi. Produk
legislasi ini sangat penting. Jangan sampai ini kedodoran.
Kedua,
mencari solusi terhadap persoalan bangsa yang sedang menjadi tantangan
kita. Saya mencatat ada tiga tantangan besar kita: pertama tantangan
global, termasuk situasi ketidakmenentuan, belum selesainya krisis
global, kedua masalah pangan, ketiga masalah energi.
Dalam komunikasi, koalisi (Setgab) sudah dibangun. Apa tidak cukup menyelesaikan semua itu?
Saya
tidak melihat ada masalah sangat serius dalam Setgab. Saya tetap
beranggapan koalisi harus diperkuat lagi. Ingat, koalisi itu bukan
akuisisi politik dan bukan juga mengooptasi, apalagi mencoba untuk
mengambil peran anggota dewan di parlemen, tidak sama sekali.
Namun,
koalisi ini harus didasari pada suatu responsibility to govern. Bisa
saja kita berbeda, tetapi yang namanya ada Setgab, ada forum, walaupun
itu forum tidak formal. Paling tidak bisa ketemu, bisa menyelesaikan
persoalan bersama-sama.
Kondisi sekarang bagaimana? Publik
melihat ada perpecahan? Saya, kok, melihat tidak, ya. Jujur saya
katakan, ini mungkin soal komunikasi karena, begini, dalam setiap
pertemuan di Setgab, semua diundang. Semua memiliki hak dan tanggung
jawab sama, tidak dibedakan antara partai besar dan kecil. Hanya
mungkin ketika pembicaraan di Setgab tersebut ada satu kesepakatan,
tidak mengalir ke anggota-anggota di bawah. Menurut saya soal
komunikasi.
Supaya kegaduhan tak menimpa Setgab, apa yang mesti dilakukan partai-partai? Saya
sependapat dengan kawan-kawan lain dan itu juga saya sampaikan di
pidato awal tahun saya. Sebaiknya kita sampai tahun 2013 ini hendaknya
diisi dengan program-program kerja. Ada tim program kerja. Silakan
partai mulai melakukan kerja-kerja politik di daerah dengan caranya
pengaderan.
PAN
mulai melakukan itu, mendatangi daerah-daerah. Jadi, kita turunkan
tensinya. Menteri-menterinya fokus pada kerja. Jangan kita ”mencuri”
katakanlah sebagai menteri, tetapi juga ngomong soal partai.
Sekitar tiga tahun itu tidak lama, pemerintah harus fokus, tetapi parpol juga harus menyiapkan pemilu?
Ya, itulah seninya seorang pemimpin parpol. Pertama jangan
mencampuradukkan antara kepentingan partai dan tugas. Jadi, sistem
manajemen partai yang modern itu adalah partai yang bekerja kolektif.
Saya tidak pernah meninggalkan komunikasi saya dengan kawan-kawan. Kalau
sudah Sabtu-Minggu, saya kumpul, turun ke daerah. Senin sampai Jumat
saya bekerja dan saya tidak pernah mengumpulkan orang partai saya di
Kantor Menko (Perekonomian).
Menurut
saya wajar kalau partai mempersiapkan diri. PAN pun mempersiapkan diri
mulai sekarang, tetapi mungkin caranya kita bekerja. PAN itu punya tim
yang selalu bergerak, pengaderan terus berjalan.
PAN punya jago yang dielus untuk calon presiden? Kalau ada yang ada, tetapi kalau ditanya siapa, belum tahu.
Kriterianya seperti apa?
Buat PAN, harus mencari putra terbaik yang diterima rakyat dan
memiliki tiga prinsip utama. Integritasnya baik, memiliki pengalaman
yang baik, akseptibilitas baik.
Apakah Anda siap dicalonkan? Hasil survei bagaimana? Saya
itu tidak pernah mengatakan diri saya seperti itu. Di mana-mana saya
katakan bahwa saya ini Menko Perekonomian, tugas utama saya adalah
perekonomian. Belum ada pikiran saya untuk macam-macam.
Atau calon lain, misalnya Ibu Ani Yudhoyono, mungkinkah PAN mengarah ke sana?
Ini penglihatan yang masih rabun karena masih terlalu jauh. Nanti
semakin dekat semakin jelas. Kalau saya lihat samar-samar, tetapi belum
bisa dikenali. Namun, kan, mesti disiapkan kepemimpinan nasional
pasca-SBY, atau menunggu saat kepepet? Pemimpin kita itu banyak kalau
kita melihat Pak SBY terpilih 2004. Tahun 2003 banyak orang yang belum
menduga ketika beliau Menko Polkam. Jadi, memang misterius kadang-kadang
kekuasaan itu.
Terkait dengan peran parpol menyiapkan kepemimpinan pasca-SBY, seberapa besar koalisi parpol memberi ruang untuk perbedaan?
Saya tetap menganggap timing itu penting sekali. Dalam keadaan
pemerintahan baru umur satu tahun lebih beberapa hari umurnya, tetap
saya katakan kurang tepat parpol-parpol melontarkan calon-calon
presiden. Karena bagaimana pun itu menyita energi. Memang penting parpol
melemparkan calon-calonnya, lebih banyak calon lebih bagus, supaya
rakyat bisa menguji, tetapi kalau sekarang itu terlalu cepat.
Kapan waktunya?
Menurut saya 2013 atau menjelang 2013. Pada 2013 itu, kan, kita mulai
mempersiapkan anggota dewan, calon anggota legislatif, kemudian pemilu
(legislatif). Selesai pemilu, dapat kursi berapa, lontarkanlah calonnya
siapa. (Sumber - Kompas.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar