Rabu, 13 Juni 2012

Proyeksi Politik PAN 2014

Dalam berbagai kesempatan, Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa menyatakan, tahun 2011 adalah tahun bekerja. Namun, secara tersirat, Hatta Rajasa ditampilkan oleh partainya sebagai sosok yang siap menghadapi Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014.
Gaya berpidatonya, baik saat pengumuman pengurus Dewan Pimpinan Pusat PAN 2010-2015 pada 9 Februari 2010 maupun saat menyampaikan pidato awal tahun 2 Januari 2011, mirip gaya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Lengkap dengan siaran langsung televisi dan alat bantu baca (teleprompter). Berikut petikan wawancara dengan Hatta Rajasa di kediamannya, beberapa waktu lalu:


 
Tahun 2011 boleh dikata tahun paling panas. Pasalnya, tahun 2010 banyak guncangan politik yang belum selesai sehingga menjadi pekerjaan rumah. Prediksi Anda? Kalau melihat pidato awal tahun saya sebagai Ketua Umum PAN, saya justru mengajak semua parpol untuk menahan diri dan lebih fokus pada kerja; kerja yang betul-betul bisa menyukseskan pemerintahan ini. Pemerintahan ini, kan, pemerintahan pilihan rakyat.

Saya memprediksi, memang, bahwa banyak hal pada 2010 yang akan dibawa ke 2011. Itulah mengapa saya katakan marilah segala sesuatu yang bisa membuang energi kita, tidak produktif, kita selesaikan secara arif. Tidak membuat satu polemik yang justru kontraproduktif.

Saya, kok, melihat sebetulnya masih banyak ruang kita untuk sama-sama. Kuncinya adalah komunikasi; komunikasi sesama pimpinan partai politik kita intensifkan.

Apakah komunikasi antar- pimpinan parpol selama tahun 2010 memang buruk? Dikatakan buruk, tidak. Namun, kalau dikatakan komunikasi itu intens, juga tidak. Maksud saya, komunikasi itu jangan dibangun atas dasar ada sesuatu yang katakanlah penting, menonjol, sehingga kita merasa memerlukan, tetapi suatu silaturahim, terutama saya mengajak teman-teman di koalisi, yang bisa membangun suatu kebersamaan.
Banyak masalah pada 2010 yang tidak selesai. Kira-kira masalah apa saja yang harus diselesaikan pada 2011 ini? Kita harus bersama-sama menyelesaikan persoalan yang menyangkut kepentingan-kepentingan bangsa. Pertama, menurut saya, hal-hal yang berkaitan dengan produk legislasi. Produk legislasi ini sangat penting. Jangan sampai ini kedodoran.

Kedua, mencari solusi terhadap persoalan bangsa yang sedang menjadi tantangan kita. Saya mencatat ada tiga tantangan besar kita: pertama tantangan global, termasuk situasi ketidakmenentuan, belum selesainya krisis global, kedua masalah pangan, ketiga masalah energi.

Dalam komunikasi, koalisi (Setgab) sudah dibangun. Apa tidak cukup menyelesaikan semua itu?
Saya tidak melihat ada masalah sangat serius dalam Setgab. Saya tetap beranggapan koalisi harus diperkuat lagi. Ingat, koalisi itu bukan akuisisi politik dan bukan juga mengooptasi, apalagi mencoba untuk mengambil peran anggota dewan di parlemen, tidak sama sekali.

Namun, koalisi ini harus didasari pada suatu responsibility to govern. Bisa saja kita berbeda, tetapi yang namanya ada Setgab, ada forum, walaupun itu forum tidak formal. Paling tidak bisa ketemu, bisa menyelesaikan persoalan bersama-sama.

Kondisi sekarang bagaimana? Publik melihat ada perpecahan? Saya, kok, melihat tidak, ya. Jujur saya katakan, ini mungkin soal komunikasi karena, begini, dalam setiap pertemuan di Setgab, semua diundang. Semua memiliki hak dan tanggung jawab sama, tidak dibedakan antara partai besar dan kecil. Hanya mungkin ketika pembicaraan di Setgab tersebut ada satu kesepakatan, tidak mengalir ke anggota-anggota di bawah. Menurut saya soal komunikasi.

Supaya kegaduhan tak menimpa Setgab, apa yang mesti dilakukan partai-partai? Saya sependapat dengan kawan-kawan lain dan itu juga saya sampaikan di pidato awal tahun saya. Sebaiknya kita sampai tahun 2013 ini hendaknya diisi dengan program-program kerja. Ada tim program kerja. Silakan partai mulai melakukan kerja-kerja politik di daerah dengan caranya pengaderan.

PAN mulai melakukan itu, mendatangi daerah-daerah. Jadi, kita turunkan tensinya. Menteri-menterinya fokus pada kerja. Jangan kita ”mencuri” katakanlah sebagai menteri, tetapi juga ngomong soal partai.

Sekitar tiga tahun itu tidak lama, pemerintah harus fokus, tetapi parpol juga harus menyiapkan pemilu? Ya, itulah seninya seorang pemimpin parpol. Pertama jangan mencampuradukkan antara kepentingan partai dan tugas. Jadi, sistem manajemen partai yang modern itu adalah partai yang bekerja kolektif. Saya tidak pernah meninggalkan komunikasi saya dengan kawan-kawan. Kalau sudah Sabtu-Minggu, saya kumpul, turun ke daerah. Senin sampai Jumat saya bekerja dan saya tidak pernah mengumpulkan orang partai saya di Kantor Menko (Perekonomian).

Menurut saya wajar kalau partai mempersiapkan diri. PAN pun mempersiapkan diri mulai sekarang, tetapi mungkin caranya kita bekerja. PAN itu punya tim yang selalu bergerak, pengaderan terus berjalan.

PAN punya jago yang dielus untuk calon presiden? Kalau ada yang ada, tetapi kalau ditanya siapa, belum tahu.

Kriterianya seperti apa? Buat PAN, harus mencari putra terbaik yang diterima rakyat dan memiliki tiga prinsip utama. Integritasnya baik, memiliki pengalaman yang baik, akseptibilitas baik.

Apakah Anda siap dicalonkan? Hasil survei bagaimana? Saya itu tidak pernah mengatakan diri saya seperti itu. Di mana-mana saya katakan bahwa saya ini Menko Perekonomian, tugas utama saya adalah perekonomian. Belum ada pikiran saya untuk macam-macam.

Atau calon lain, misalnya Ibu Ani Yudhoyono, mungkinkah PAN mengarah ke sana? Ini penglihatan yang masih rabun karena masih terlalu jauh. Nanti semakin dekat semakin jelas. Kalau saya lihat samar-samar, tetapi belum bisa dikenali. Namun, kan, mesti disiapkan kepemimpinan nasional pasca-SBY, atau menunggu saat kepepet? Pemimpin kita itu banyak kalau kita melihat Pak SBY terpilih 2004. Tahun 2003 banyak orang yang belum menduga ketika beliau Menko Polkam. Jadi, memang misterius kadang-kadang kekuasaan itu.

Terkait dengan peran parpol menyiapkan kepemimpinan pasca-SBY, seberapa besar koalisi parpol memberi ruang untuk perbedaan? Saya tetap menganggap timing itu penting sekali. Dalam keadaan pemerintahan baru umur satu tahun lebih beberapa hari umurnya, tetap saya katakan kurang tepat parpol-parpol melontarkan calon-calon presiden. Karena bagaimana pun itu menyita energi. Memang penting parpol melemparkan calon-calonnya, lebih banyak calon lebih bagus, supaya rakyat bisa menguji, tetapi kalau sekarang itu terlalu cepat.

Kapan waktunya? Menurut saya 2013 atau menjelang 2013. Pada 2013 itu, kan, kita mulai mempersiapkan anggota dewan, calon anggota legislatif, kemudian pemilu (legislatif). Selesai pemilu, dapat kursi berapa, lontarkanlah calonnya siapa. (Sumber - Kompas.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...