JAKARTA -
Polemik kepemilikan Rumah PAN milik mantan Ketua Umum DPP PAN Soetrisno
Bachir segera berakhir. DPP PAN memberikan sinyal siap mengikhlaskan
kantor yang selama ini dipakai sebagai pusat kegiatan partai berlambang
matahari terbit itu.
Sekjen DPP PAN Taufik Kurniawan menegaskan, pihaknya tidak ingin kepemilikan Rumah PAN menjadi masalah. "Sebenarnya kami tidak ada masalah. Kami ikhlaskan saja. DPP PAN tidak ingin mengambil hak milik orang lain," kata Taufik di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (4/6).
Menurut dia, pernyataan DPP tentang status Rumah PAN selama ini sekadar ingin memberikan latar belakang dan posisi partainya terkait dengan gedung yang berada di Jl Warung Buncit, Jakarta Selatan, tersebut. "Kami hanya meluruskan, enteng-enteng saja, hanya menyampaikan kronologinya," ujar wakil ketua DPR itu.
Sebagaimana diberitakan, Soetrisno Bachir (SB) menyatakan ingin mewakafkan gedung miliknya yang akrab dikenal dengan Rumah PAN tersebut kepada Muhammadiyah. Tawaran itu disambut Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin yang langsung mengumumkan pada acara pengajian rutin di gedung PP Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat, 1 Juni lalu. Dalam pengajian bertema Pengajian Dalam Puisi tersebut, SB hadir dan ikut membaca puisi.
Meski menyatakan siap mengikhlaskan Rumah PAN, Taufik mengakui kuatnya ikatan emosional gedung itu dengan para kader dan aktivis PAN. "Ada sejarah PAN di situ yang tidak bisa kami pisahkan. Sudah lebih dari enam tahun kami di situ, dan itu tidak bisa kami pisahkan. Mudah-mudahan ada solusi," tuturnya.
Taufik berharap ada solusi yang saling menguntungkan antara PAN dan SB. Sebab, PAN dan Muhammadiyah juga memiliki kaitan yang tidak bisa dinafikan. "Sebagian pengurus PAN kan juga ada di situ (Muhammadiyah, Red)," tandasnya.
Pandangan senada disampaikan Ketua DPP PAN Asman Abnur. Bahkan, dia mengungkapkan, pihaknya sempat berencana memindahkan kantor partainya. Ketua Umum DPP PAN Hatta Rajasa juga menginginkan itu.
Namun, lanjut Asman, pertimbangan adanya ikatan historis membuat partainya akhirnya memutuskan membatalkan rencana tersebut. "Sesaat setelah terpilih ketua umum yang baru, beliau menyampaikan akan mencari kantor baru. Namun, karena Rumah PAN sudah aset, saya dan Pak Sekjen (Taufik Kurniawan, Red) bersikukuh. Akhirnya, ketua umum tidak memindahkan Kantor PAN," beber Asman.
SB pun terkesan memilih menahan diri untuk berkomentar menyangkut polemik itu. "Tidak baik berebut wakaf," kata SB pendek.
Sebelumnya, SB sempat menegaskan bahwa Rumah PAN adalah miliknya. Setelah dibangun dan diresmikan, gedung tersebut dikelola Yayasan Amanat Bangsa. Selanjutnya, saat dirinya masih menjabat ketua umum DPP PAN periode 2005-2010, PAN mengeluarkan biaya untuk menyewa gedung itu kepada yayasan. Namun, menurut dia, begitu dirinya tidak lagi di PAN, kepengurusan yang baru ternyata tidak memperpanjang sewa tersebut. (dyn/c3/ari)
Sekjen DPP PAN Taufik Kurniawan menegaskan, pihaknya tidak ingin kepemilikan Rumah PAN menjadi masalah. "Sebenarnya kami tidak ada masalah. Kami ikhlaskan saja. DPP PAN tidak ingin mengambil hak milik orang lain," kata Taufik di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (4/6).
Menurut dia, pernyataan DPP tentang status Rumah PAN selama ini sekadar ingin memberikan latar belakang dan posisi partainya terkait dengan gedung yang berada di Jl Warung Buncit, Jakarta Selatan, tersebut. "Kami hanya meluruskan, enteng-enteng saja, hanya menyampaikan kronologinya," ujar wakil ketua DPR itu.
Sebagaimana diberitakan, Soetrisno Bachir (SB) menyatakan ingin mewakafkan gedung miliknya yang akrab dikenal dengan Rumah PAN tersebut kepada Muhammadiyah. Tawaran itu disambut Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin yang langsung mengumumkan pada acara pengajian rutin di gedung PP Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya, Jakarta Pusat, 1 Juni lalu. Dalam pengajian bertema Pengajian Dalam Puisi tersebut, SB hadir dan ikut membaca puisi.
Meski menyatakan siap mengikhlaskan Rumah PAN, Taufik mengakui kuatnya ikatan emosional gedung itu dengan para kader dan aktivis PAN. "Ada sejarah PAN di situ yang tidak bisa kami pisahkan. Sudah lebih dari enam tahun kami di situ, dan itu tidak bisa kami pisahkan. Mudah-mudahan ada solusi," tuturnya.
Taufik berharap ada solusi yang saling menguntungkan antara PAN dan SB. Sebab, PAN dan Muhammadiyah juga memiliki kaitan yang tidak bisa dinafikan. "Sebagian pengurus PAN kan juga ada di situ (Muhammadiyah, Red)," tandasnya.
Pandangan senada disampaikan Ketua DPP PAN Asman Abnur. Bahkan, dia mengungkapkan, pihaknya sempat berencana memindahkan kantor partainya. Ketua Umum DPP PAN Hatta Rajasa juga menginginkan itu.
Namun, lanjut Asman, pertimbangan adanya ikatan historis membuat partainya akhirnya memutuskan membatalkan rencana tersebut. "Sesaat setelah terpilih ketua umum yang baru, beliau menyampaikan akan mencari kantor baru. Namun, karena Rumah PAN sudah aset, saya dan Pak Sekjen (Taufik Kurniawan, Red) bersikukuh. Akhirnya, ketua umum tidak memindahkan Kantor PAN," beber Asman.
SB pun terkesan memilih menahan diri untuk berkomentar menyangkut polemik itu. "Tidak baik berebut wakaf," kata SB pendek.
Sebelumnya, SB sempat menegaskan bahwa Rumah PAN adalah miliknya. Setelah dibangun dan diresmikan, gedung tersebut dikelola Yayasan Amanat Bangsa. Selanjutnya, saat dirinya masih menjabat ketua umum DPP PAN periode 2005-2010, PAN mengeluarkan biaya untuk menyewa gedung itu kepada yayasan. Namun, menurut dia, begitu dirinya tidak lagi di PAN, kepengurusan yang baru ternyata tidak memperpanjang sewa tersebut. (dyn/c3/ari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar